twitter


Malu aku malu pada semut merah
Yang berbaris di dinnding menatap ku curiga
Seakan penuh Tanya sedang apa disini…….

Jam dinding di kamar kos ku menunjukkan pukul 01.38 aku terbangun dari tidur telinga ku terasa tak nyaman ada suara kemrusuk dalam telinga kadang juga tersa sakit, ah ternyata ada hewan kecil yang bernama semut sedang berlari-lari dalam telinga ku makanya terasa ada suara angin rebut. Jadi teringat kata ibu kalo ada semut masuk dalam telinga carilah minyak tanah lalu oleskan diluar telinga, ku cari minyak tanah sisa praktikum kimia kemaren untuk ku oleskan di luar telinga, Alhamdulillah keluar juga si kecil semut dari telinga ku dan sekarang terasa nyaman rasanya.
Ku lihat dinding kamar ku banyak semut yang sedang berbaris rapi, melihat semut-semut di dinding membuat ku merenung
Semut adalah binatang kecil yang diinjak dengan jari kelingking sudah langsung mati. Makhluk Tuhan yang kecil, lemah tak berdaya, berbeda dengan seekor gajah..
Walau kecil, semut mampu mengangkat sesuatu yang besar dengan bergotong royong. Pernah kan anda melihat sejumlah semut menggotong sesuatu yang ratusan kali lebih besar.dari semut.
Semut setiap kali bertemu saling berciuman. Semut tidak mengenal blok politik, lawan politik, pro kontra..
” Orang itu tidak usah diundang, sebab dia itu masuk orang si anu. Jangan menegur orang itu sebab dia itu blok lain. Ah, itu orang ndak benar, abu-abu, tidak jelas memihak dimana. Yang kayak begitu tidak ada dalam kamus semut. Pemahaman seperti itu hanya ada pada manusia.
Semut tak mengenal proyek yang diarahakan kepada kelompok tertentu dan membatasi untuk kelompok lain. Semut tak mengenal fee, kontribusi, tender murni, tender tidak murni, tender setengah murni, PPTK, Ketua Panitia dan segala macam istilah yang membuat pening kepala.
Tak ada dalam kehidupan semut, misalnya istilah bargaining position,.pending berita, tendangan uang amplop, eksekusi.
Jiwa gotong royong yang tinggi dari semut dapat ditiru oleh manusia. Semut yang tak memiliki akal saja dapat bergotong royong, apalagi manusia yang berakal, berpendidikan, berbudaya.
Justru manusia mengadopsi gotong royong semut dalam sisi negatif, misalnya urunan membeli cap tikus (sejenis minuman keras). Itu namanya gotong royong mabuk.
Manusia juga mencontoh gotong royong semut dalam hal mengkosumsi narkoba. Narkoba yang harganya lumayan mahal, tapi dengan urunan, maka harga yang mahal akan menjadi ringan bagi masing-masing pengguna.
Masih ada. Manusia menerapkan gotong royong dalam soal korupsi. Pers menyebutnya korupsi berjamaah. Dan memang faktanya bahwa korupsi tidak pernah dilakukan sendiri atau pelaku tunggal. Hampir dapat dipastikan bahwa korupsi dilakukan oleh lebih dari satu orang. Kalau dilakukan sendiri saja, maka memiliki resiko besar. Pasti ada persekongkolan halus antara pelaku korupsi dengan orang lain.. Sebagai contoh. Artalyta yang bersekongkol dengan Jaksa Urip..Sekalipun oknum penegak hukum berperwakan kecil,, ibarat ditiup angin roboh, tapi ditakuti dan disegani disebabkan kewenangannya yang besar, sehingga sangat strategis untuk dijadikan sekongkol. Kira-kira begitu.penjelasannya.
Kembali ke soal semut. Ternyata Tuhan menyuruh manusia “membaca”, Manusia disuruh membaca semesta alam ciptaan-Nya, termasuk makhluk Tuhan yang bernama semut.
Tentu saya tak bermaksud agar kita manusia menjadi semut. Tidak perlu menjadi semut, tapi manusia dapat mengambil pelajaran dari salah satu makhluk Tuhan yang bernama semut. (PENA EMAS)


(*dari berbagai sumber)

0 komentar:

Posting Komentar