twitter


Kulirik jam tangan ku menunjukkan pukul 13.15, masih 15 menit lagi kata ku dalam hati. Kenapa waktu seakan berjalan begitu lambat hari ini sudah berkali-kali ku lirik jam tanga ku tapi jarum pendeknya tidak lekas menuju angka dua dan jarum panjangnya seakan enggan menuju angka 30.
Panas dan terasa sumuk banget ruangan ini ingin rasanya cepet-cepet keluar dari ruang kelas ini biar bisa langsung ke warung es untuk membahasi kerongkongan ku yang terkena dehidrasi… kriiiiiiiiiiiiing…. Kriiiiinggggg….. kriiiiiiiiiiiiiiiiiinggg……….. horeeee horeeeeeeeeee bel berdering 3x tanda bel pulang, anak-anak berteriak horeee tanda bahagia, mungkin mereka juga meraskan apa yang ku rasakan kepanasan dan kehausan.
Ku percepat langkah ku suapaya sampe di warung Pak Di untuk memesan es kacang hijau kesukaan ku, ah ternyata antrian panjang banget daripada ikut antri berdesak-desakan aku menunggu duduk dibawah pohon mangga sambil menikmati segernya tiupan angin dan ngantuk mulai menjalar dipelupuk mata ku huaaaaammmm mulut pun ikut menguap, enak-enaknya menikmati rasa kantuk aku dikagetkan sebuah tangan yang menepuk pundak ku “hai pen” dengan ekspresi kaget ku lirik siapa yang membuyarkan kantuk ku “kamu ndah, ngagetin aku aja” nyengir anak itu. Indah adalah teman ku di OSIS tapi beda kelas dengan ku, anaknya pinter, cantik, baik (suka traktir heheheheee…) dan anak orang kaya pengusaha batu-bara. “hari ini pulang kampong ya pen” Tanya nya pada ku “pengennya sech, tapi  males banget” jawab ku, “kalo ga pulkam besok ikut aku yuk ke gedung kesenian”
“nagapain ke gedung kesenian”  Tanya ku
    “besok ada bazaar buku dan sekaligus ada seminar FLP” jawab indah,
“FLP apa sech” dengan bingung. Ku lihat warungnya sudah sepi maka ku ajak indah ke warung, ngomong soal FLP nya dilanjutkan di warung, setelah pesan dilanjutkan lagi pembicaraan tentang FLP. Indah pun mengatakan kalo FLP itu kepanjangan dari Forum Lingkar Pena merupakan komunitas (calon) penulis.
    “untuk lebih jelasnya lagi besok kan ada seminarnya, kita bisa bertanya disana” kata indah
“yawdah besok aku ikut, jemput aku za….”, “oke jam 7 aku ke kos mu”
Tiiiiittt tiiiitttt klokson mobil di depan kos ku, indah sudah menjemput ku. Aku bergegas menuju mobil dan naik, indah menjulurkan tangannya ngasih aku roti “pasti kamu blum sarapan”, tau aja sech anak ini kalo aku belum sarapan. Di Gedung kesenian terasa sangat ramai, ada bazaar buku ku lihat bukunya bagus-bagus jadi pengen beli tapi uang ga ada, ku lihat berderet judul-judul bukunya ada “Perempuan Bawang dan Lelaki Kayu, “Mengapung Bersama NIL”, “Jatuh Dari Cinta” dan masih banyak lagi. Indah mengajak aku masuk ke ruang seminar karena terdengar dari pengumuman bahwa seminar akan segera di mulai.
     Pemateri pertama membicarakan tentang sejarah berdirinya FLP. Dalam ulasannya pemateri mengatakan bahwa FLP dirintis pada tahun 1997 oleh Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia, Muthmainnah serta beberapa teman dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Awal pertemuan dilakukan di Masjid Ukhuwah Islamiah UI, dalam pertemuan tersebut mendiskusikan tentang minat membaca dan menulis kalangan remaja Indonesia. Dari diskusi tersebut dapat diambil benang merah bahwa dalam kenyataannya di kalangan remaja dibutuhkannya bacaan yang bermutu, selain itu sebenarnya banyak pula kalangan remaja yang memiliki potensi dan berkeinginan di bidang kepenulisan tetapi sayangnya potensi hebat yang dimiliki itu tidak tersalurkan atau intensitas menulis masih rendah hal tersebut terjadi karena tidak adanya pembinaan untuk peningkatan kualitas tulisan. Dari diskusi panjang tersebut akhirnya yang hadir sepakat untuk membentuk organisasi kepenulisan. Maka pada tanggal 22 februari 1997 berdirilah Forum Lingkar Pena. Sejak diresmikan berdirinya organisasi setiap pekan dan bulanan FLP rutin mengadakan acara penulisan untuk anggota dengan mengundang beberapa pakar ahli dibidang penulisan.
    Pemateri kedua membahas tentang perkembangan FLP. Ditengah kelesuan penulis kalangan remaja di Bangsa ini dengan hadirnya FLP yang digawangi mbak helvy dkk dari Fakultas Sastra UI merupakan sebuah titik terang untuk bangkitnya dunia menulis bagi kalangan remaja. FLP merupakan gerakan kepenulisan di Indonesia, kenapa saya katakana sebagai gerakan karena kehadiran FLP membawa perubahan yang sangat besar bagi dunia penulis terutama di kalangan remaja. Sekarang mulai muncul penulis-penulis remaja  di Negara ini yang lebih membanggakan lagi penulis remaja ini tidak hanya dari kota besar melainkan dari kota, kabupaten kecil karena memang hamper diseluruh propinsi dan kabupaten kota sudah berdiri FLP Wilayah dan daerah. Perkembangan pesat FLP tidak terlepas dari model pembinaan yang sangat intensif, dengan system ngemong system ngemong disini seorang penulis yang dikatakan sudah lebih bagus menulisnya menjadi pembimbing bagi pemula, selain itu adanya event perlombaan menulis dan penerbitan antologi juga merupakan gerakan yang sangat bagus karena biasanya seorang penulis pemula akan merasa minder dan takut jika langsung disuruh nulis di surat kabar atau langsung menerbitkan buku, dengan adanya antologi para penulis pemula menganggap tidak begitu berat untuk menulis. Selain dari banyak prestasi dari FLP ada beberapa catatan juga untuk FLP karena memang tak ada gading yang tak retak, kritik dan masukan bagi FLP adalah FLP perlu masuk ke kalangan pelajar dalam artian bisa jadi FLP kerja sama dengan guru Bahasa Indonesia untuk membina menulis bagi siswa.
    Acara seminar telah usai dan dalam hati ku telah tertanam AKU AKAN GABUNG DENGAN FLP
(PENA EMAS)

(*dari berbagai sumber)

0 komentar:

Posting Komentar