twitter


Anak-anak mulai kasak kusuk dengan mimik muka di wajah penuh ketakutan, hanpir seluruh siswa di kelas ku merasa takut karena setelah pelajaran fisika ini berakhir dilanjutkan dengan pelajaran Bahasa Indonesia, bukan pelajarannya yang membuat takut tetapi tugas yang diberikan
oleh bu Hanum 2 bulan lalu yang membuat kita semua takut,  karena semua dari kita tidak ada yang mengerjakan tugas, 2 bulan yang lalu Bu Hanum member tugas kepada kami untuk membeli buku tulis dengan jumlh halaman 30 dan di dalam buku itu harus diisi karya sastra penuh 30 halaman, isi dari buku harus ada cerpen, puisi, artikel, esai, opini dan resensinya.
Yang ku lihat buku milik teman-teman banyak yang kosong, paling hanya satu dua halaman saja yang terisi, teman-teman memang merasa tidak bisa kalau disuruh nulis, nulis itu susah kata teman-teman dan yang paling sering diomongkan tentang menulis yaitu kalau mau nulis gimana harus memulainya. Kriiiiingggg jam fisika habis, sekarang saatnya jam Bahasa Indonesia. Terlhat oleh kami Bu Hanum sedang berjalan menuju kelas kami.
Assalamu’alaikum…. Sapa bu Hanum dengan serempak kami menjawab waalaikumsalam…. Tapi jawaban salam kali ini agak lemes tidak seperti biasa kelas kami selalu semangat kalau menjawab salam. Silahkan tugas yang saya berikan di kumpul di meja guru, kami pun mengumpulkan tugas kami dengan tidak ada gairah dengan perasaan takut akan dimarahi. Bu Hanum mulai membuka tugas kami satu persatu dan kami liat raut mukanya mulai memerah pertanda bahwa beliau sedang menahan amarah. Kami hanya diam menunggu reaksi beliau, Bu Hanum mulai berdiri dari tempat duduknya.
Waktu dua bulan apa tidak cukup untuk mengerjakan tugas ini, bukankah tugas ini hanya sederhana tidak rumit dan tidak susah. Mulai SMP sampai sekarang kalian kelas XII SMA ada pelajaran Bahasa Indonesia, kalian sudah diajari cara menulis cerpen itu bagaimana, menulis puisi juga sudah diajarkan, kelas XI kalian juga sudah mempelajari resensi buku. Terus apa yang membuat kalian tidak mengerjakan tugas, kami semua hanya diam mendengarkan ucapan Bu Hanum. Tapi tiba-tiba Arinda angkat tangan dan berkata sebelumnya kami minta maaf Bu, bukannya kami tidak mau mengerjakan tugas tapi memang kami tidak bisa, kami tidak tahu harus mulai menulis dari mana.
Ternyata perkataan Arinda itu membuat emosi Bu Hanum mereda, begini lho anak-anak pada dasarnya menulis itu tidak susah asal kalian punya niat dan kemauan yang besar. Kunci bisa menulis itu hanya ada satu yaitu  “MENULIS LAH” maksudnya ya kalian ambil bolpoin atau pensil serta kertas atau buku lalu mulailah mengisi lembaran demi lembaran kertas itu dengan tulisan apa saja, tidak usah pedulikan tulisan kalian baik atau buruk yang penting menulis dan terus menulis.
Sambil menunjukkan sebuah Koran Bu Hanum mengatakan kepada kami, ini kalian lihat di Koran ini disebutkan anak-anak kecil sudah bisa menerbitkan buku, bahkan usia mereka kurang dari 10 tahun, kalau anak usia kurang dari 10 tahun saja bisa menulis bahkan menerbitkan buku kenapa kalian yang sudah anak SMA tidak bisa. Anak-anak ku sebenarnya dari kalian itu bisa menulis semua tetapi kalian sendiri yang menganggap kalau kalian tidak bisa menulis jadi kalian merasa susah untuk memulai menulis.
 Baiklah untuk tugas ini ibu kembalikan lagi dan silahkan mulai kalian isi lagi, ini ada Koran tentang anak-anak kecil yang sudah menerbitkan buku silahkan kalian baca. Cukup sekian dari ibu wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh……
Setelah Bu Hanum keluar ku ambil Koran yang ada di meja guru, ku baca artikel tentang anak balita yang menerbitkan buku. Ternyata benar yang dikatakan Bu Hanum bahwa ada anak yang usianya masih di bawah 10 tahun sudah menerbitkan buku. Dalam artikel disebutkan bahwa FLP mulai tahun 2004 telah membuka “FLP Kids” yang diperuntukkan bagi anak berusia 5-12 tahun. Dibukanya FLP Kids bertujuan memperkenalkan dunia menulis pada anak sedini mungkin dengan harapan anak-anak sudah mulai terdidik untuk menulis dari kecil karena tidak menutup kemungkinan anak kecil itu memiliki kreatifitas dan imajinasi yang tinggi.
Dengan pembinaan sejak dini akan dihasilkan penulis-penulis hebat kelak, sudah ada beberapa penulis cilik yang dihasilkan dari FLP Kids seperti Meldy Muzada Elfa dari Barabai dalam usianya yang ke 14 telah menerbitkan dua buku fiksi. Ada juga Syamsa Hawa dalam usia 13 tahun telah menulis puluhan cerpen dan pada usia 14 tahun menerbitkan buku dengan judul Di Balik Cahaya Rembulan, lalu adaa Adburahman Faiz yang menerbitkan dua buku puisi dalam usia 8 tahun dan disaat usia 11 tahun Faiz sudah menerbtkan 6 buku dan 5 antologi bersama, serta yang lebih mencengangkan lagi ada anak yang bernama Adam Putra Firdaus yang turut serta menerbitkan karyanya dalam antologi cerpen saat berusia 5 tahun.
Ini merupakan gebrakan luar biasa yang di lakukan oleh FLP, dengan dibukanya FLP Kids berarti FLP yang pada awalnya bertujuan mengembangkan potensi menulis kalangan remaja sekarang potensi dari bocah-bocah kecilpun dikembangkan. FLP Kids untuk dunia Sastra Indonesia masa depan (PENA EMAS)

(*dari berbagai sumber)

0 komentar:

Posting Komentar